Ramadhan Melatih Manusia Menjadi Saleh Spiritual dan Sosial

Puasa merupakan ibadah yang diwajibkan ketika datang bulan suci Ramadhan seperti dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ  

“Wahai orang-orang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah 183)

Dalam ayat ini, Allah memberikan pernyataan atas manfaat dan tujuan dari berpuasa secara tersurat yaitu menjadi hamba yang bertakwa. Takwa didefinisikan secara umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika berpuasa mencapai tujuan tersebut, maka muslim akan menjadi manusia yang bukan hanya menguatkan hubungan baik kepada Allah atau disebut dengan saleh spiritual tetapi juga menjadi memiliki akhlak yang mulia terhadap sesama manusia atau saleh sosial sekaligus.

Menjadi Manusia yang Saleh Spiritual

Puasa menjadi salah satu ibadah sirr atau tidak terlihat di hadapan manusia yang mana itu berbeda dengan yang lain-nya seperti shalat misalnya. Orang yang shalat akan terlihat apalagi dilakukan secara berjamaah berbeda dengan puasa yang memang tidak ada yang mengetahui apakah dia berpuasa atau tidak kecuali dirinya dan Tuhan-Nya. Karena itu, orang yang sedang berpuasa akan mengalami peningkatan spiritual yang luar biasa karena dia melatih diri sendiri untuk merasa diawasi oleh Allah. Dengan demikian, ia masuk ke dalam definisi takwa yang menjadi tujuan puasa dan puasa yang demikian dipuji oleh Allah dan dibalas dengan pahala dan ganjaran yang besar seperti yang termaktub dalam Hadis Qudsi-Nya:

الصِّيامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Berpuasa karena aku dan aku yang langsung memberikan pahala kepada (mereka yang berpuasa). Dan kebaikan (ketika berpuasa) ganjarannya akan dilipatgandakan sepuluh kali dari kebaikan tersebut” (HR Bukhari)

Menjadi Manusia yang Saleh Sosial

Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya merupakan definisi takwa  tidak terbatas pada hubungan kepada Allah saja, tetapi juga hubungan terhadap sesama manusia. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang membahas perintah untuk berbuat baik seperti pada ayat 2 dalam surat Al-Maidah:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”

Korelasi positif antara kewajiban berpuasa dalam bulan suci Ramadhan dan menciptakan perbuatan saleh sosial adalah puasa tidak hanya mengajarkan untuk menahan dari segala yang membatalkan secara fiqh, tetapi juga membangun afirmasi positif terhadap diri sendiri dan lingkungan. Dalam karyanya yang berjudul Hikmah Tasyri’ wa Falsafatuhu, Syeikh Ahmad Al-Jurjawi menjelaskan salah satu hikmah dari berpuasa adalah ketika berpuasa dan merasakan pahitnya rasa lapar dan dahaga, dalam situasi tersebut bisa memunculkan perasaan prihatin dan lemah lembut kepada saudara kita yang belum beruntung. Selain itu, Nabi Muhammad juga menegaskan bahwasanya puasa itu adalah perisai. Ketika kita sedang dalam kondisi yang tidak nyaman dan mendorong untuk berbuat tercela, maka Nabi mengingatkan kita untuk berucap “Saya sedang berpuasa” sebanyak dua kali untuk menahan diri terjerumus dalam perbuatan tercela tersebut. Inilah contoh afirmasi positif terhadap diri sendiri ketika kita berpuasa.

Adapun terhadap lingkungan, Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk menunjukkan kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar kita. Ini tercermin dari Sabda-Nya:

من فطَّر صائمًا كان له مثلُ أجره، غير أنه لا ينقصُ من أجر الصائمِ شيئًا

“Barang siapa yang memberikan buka puasa untuk orang yang puasa, maka pahala (yang memberi) sama dengan yang berpuasa tanpa berkurang sedikit pun dari pahala yang berpuasa” (HR Turmudzi)

Hadist ini menjelaskan bagaimana kita sebagai umat muslim di dorong untuk saling berbagi terlebih ketika berbuka puasa dengan dorongan afirmasi positif yaitu pahalanya sama dengan yang sedang berpuasa. Berati kalau dia berpuasa dan memberikan makanan kepada yang lain untuk berpuasa, maka pahalanya berkali-kali lipat sesuai dengan berapa orang yang ia beri makan. Ini bentuk afirmasi positif terhadap lingkungan sekitar. 

Menjadi saleh sosial juga menjadi manfaat dan tujuan berpuasa juga nampak dari sabda Nabi Muhammad  yang menyebutkan banyak manusia yang berpuasa tetapi yang didapat hanya lapar dan haus. Ini terwujud pada beberapa oknum hanya berfokus pada keabsahan puasa tapi tidak melihat dampak spiritual dan sosial pasca puasa. Sehingga diharapkan, dengan meningkatkan kualitas puasa kita, juga melatih diri kita untuk saleh secara spiritual dan saleh secara sosial.

Muhammad Fahmi, Lc., Pengajar Pondok Pesantren Al-Hidayah Rawadenok Depok  dan Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Muhammad Fahmi, Lc.,? Silakan klik disini