Kriteria-Kriteria Pemimpin Berdasarkan Al-Quran dan Sifat Nabi

Dalam rangka memilih pemimpin, kita bisa melihat contoh utama teladan dalam Islam adalah Nabi Muhammad saw. Kita mengenal bahwa sifat Rasulullah yang wajib dia miliki ada empat: Shiddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh. Empat sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pemimpin sebagaimana sifat keteladanan Rasul saw.

Rasulullah saw dikatakan Shiddiq karena beliau berani menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar dan materi yang benar. Oleh sebab itu, carilah pemimpin yang benar, dengan cara yang benar, dan materi yang benar.

Yang kedua adalah Amanah. Amanah adalah kemampuan Rasul dalam memberikan rasa aman, nyaman, tentram, bahagia bersama dengan para sahabat. Maka siapa pun orang di sekeliling Rasulullah pada masa itu adalah orang yang merasa bahagia aman dan tentram bersama Rasulullah. Oleh karena itu, carilah pemimpin yang membuat kita merasa aman, tentram, dan bahagia.

Sifat yang ketiga adalah Tabligh. Rasulullah dikatakan memiliki karakter tabligh artinya Rasulullah memiliki etika dalam menyampaikan orasinya. Rasulullah seringkali digambarkan sebagai orang yang santun yang tidak penah berkata kasar bahkan akhlaknya adalah al-Quran, sehingga tabligh di situ maknanya Rasulullah mampu menyampaikan apa yang beliau ajarkan dari hati dan itu sampai kepada hati para sahabat pada waktu itu. Sehingga apa yang disampaikan dari hati akan sampai kepada hati. Maka carilah pemimpin yang mampu menyentuh hati kita.

Yang terakhir adalah Fathonah. Jelas Rasulullah memiliki kecerdasan yang paripurna, dan seorang pemimpin harus juga cerdas. Itulah empat sifat yang wajib dimiliki Rasulullah dan bisa menjadi indikator bagi para pemimpin yang akan kita pilih. Kita bisa meniru kriteria pemimpin yang sesuai dengan empat sifat yang dimiliki Rasulullah saw.

Selanjutnya dalam sebuah hadis riwayat Bukhari Rasulullah saw bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah, kata Rasulullah: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan. Karena jika kamu meminta jabatan dan kamu diberikan maka kamu akan ditelantarkan. Tetapi jika kamu mendapatkan jabatan tanpa minta, maka kamu akan ditolong.”

Maksud dari hadis di atas adalah bahwa kalau seseorang meminta jabatan akan ditelantarkan, artinya Allah Swt tidak akan memberikan orang itu ilham dan pertolongan dalam kepemimpinannya. Allah Swt akan berlepas diri dari dia karena sifat ketamakannya. Tetapi kalau seorang calon pemimpin mendapat jabatan karena dipercaya oleh orang lain, artinya melalui proses pemilihan yang baik dan benar, maka Allah akan mengilhaminya dengan hikmah agar dapat menjalankan tugas kepemimpinannya dengan baik.

Kemudian dalam hadis populer yang lain, Rasulullah saw bersabda:

كلكم راعٍ، وكلكم مسئولٌ عن رعيته

“Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya.”

Hadis di atas mengajarkan kepada kita bahwa setiap kita harus bertanggung jawab dengan apa yang dipimpin. Dalam rangka tanggung jawab, maka seorang pemimpin haruslah orang yang ahli di bidang kepemimpinan. Dia adalah orang yang teruji dan sudah memiliki rekam jejak yang baik. Harus juga memiliki keahlian untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya menjadi lebih baik.

Kriteria selanjutnya yang penting untuk kita lihat adalah seorang pemimpin haruslah orang yang dicintai dan yang mencintai rakyatnya, orang yang dipimpinnya. Dimensi emosional seorang pemimpin mampu mengikat hati orang-orang yang dipimpin, untuk mampu diajak bekerja sama dengannya mewujudkan visi misi bersama.

Dalam al-Quran Surah al-Jumu’ah ayat 2 Allah Swt berfirman:

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ

Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah saw sebagai seorang pemimpin, memiliki kemampuan untuk menyentuh hati para sahabat sehingga membentuk generasi emas. Kita bisa ibaratkan seorang pemimpin, calon presiden Indonesia, yang mau membentuk negara melalui masyarakat untuk menjadi generasi terbaik sebagaimana dicontohkan dalam Surah al-Jumuah ayat 2. Yang paling penting dari ayat tersebut adalah pada kata “wa yuzakkihim”, kita bisa pahami sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk menguatkan hati orang-orang yang dipimpinnya untuk mewujudkan visi kenegaraan bersama.

Mewujudkan dan menjalankan visi kenegaraan ini penting untuk diwujudkan bersama-sama dengan masyarakat. Artinya seorang pemimpin harus mampu mengajak masyarakat untuk menjalankan itu. Karena kalau hanya dijalankan oleh pemerintah, tetapi masyarakatnya tidak juga berjalan, akan percuma. Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu menyentuh masyarakat untuk bekerja sama menjalankan visi misi dan cita-cita negara bersama-sama. Pada ayat ini juga disebutkan “wa yu’allimuhum” yang artinya seorang pemimpin juga harus mampu mencerdaskan masyarakatnya. Seorang pemimpin harus cerdas dan harus mampu mencerdaskan masyarakat yang dipimpinnya.

Kriteria terakhir adalah hikmah, yang bisa kita artikan bahwa seorang pemimpin harus tangguh. Seorang pemimpin harus tangguh, karena dia harus membuat tangguh masyarakatnya. Apalagi kita hari ini ada di era digital dan masyarakat global yang saling terhubung. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus responsif dengan tantangan-tantangan global. Kita harus menjadi tangguh, jangan jadi generasi rebahan. Hikmah ini adalah lawan dari rebahan, orang yang punya kecerdasan dan hikmah, adalah orang yang tangguh untuk bisa berjuang bersama mencapai tujuan.

Jadi seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan hikmah (ketangguhan), agar dia juga mampu menjadikan masyarakatnya memiliki kecakapan yang paripurna. Wallu A’lam.

Dr. Nur Arfiyah Febriani, M.A, Ustadzah di Cariustadz dan Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta

Tertarik mengundang Dr. Nur Arfiyah Febriani, M.A? Silakan klik disini

Artikel ini disadur dari video Ruang Tengah Cariustadz. Untuk menonton videonya silakan Klik disini.