Membangun Lingkungan yang Inklusif dan Ramah Disabilitas

Dalam perjalanan hidup, keadilan dan inklusi menjadi nilai yang amat penting untuk ditekankan, terutama dalam sebuah komunitas yang mengutamakan kesetaraan dan penghargaan terhadap sesama. Khususnya dalam konteks agama, bagaimana umat bisa membangun lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap individu dengan disabilitas menjadi topik yang semakin relevan. Dalam program Ramadhan yang inspiratif, Ruang Tengah, kolaborasi antara Cariustadz.id dan Konekin, menghadirkan dua tokoh yang memberikan pandangan berharga mengenai hal ini: Ustadzah Dr. Lilik Ummi Kaltsum dari Cari Ustadz ID dan Muhammad Ariek Dimas Santoso, S.Si, seorang pengguna kursi roda dari Konekin.

Ariek Dimas Santoso, seorang yang berkebutuhan khusus, memberikan pandangannya tentang inklusi. Dalam kutipan pernyataannya, ia menjelaskan, “Inklusif adalah mengajak dan mengikutsertakan setiap orang agar dapat berpartisipasi di dalam masyarakat. Kalau bicara konsep inklusivitas bagi penyandang disabilitas sendiri artinya adalah mengajak penyandang disabilitas untuk berpartisipasi aktif di dalam masyarakat.” Pandangan Ariek Dimas memberikan gambaran bahwa inklusi bukan hanya tentang memberi tempat, tetapi juga mengajak untuk berperan serta secara aktif dalam kehidupan sosial dan keagamaan.

Di sisi lain, Ustadzah Dr. Lilik Ummi Kaltsum membawa perspektif agama Islam dalam pembahasan ini. Ia menyoroti sikap Nabi Muhammad SAW terhadap individu dengan disabilitas dalam sejarah Islam. Dalam kutipan pernyataannya, Ustadzah Lilik menjelaskan, “Nabi Muhammad benar-benar memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum sebagai penyandang disabilitas. Juga seluruh yang disabilitas dihormati. Saking menghormatinya Nabi kepada Abdullah bin Ummi Maktum sampai dijelaskan ketika jumpa itu tidak sekedar assalumalaikum tapi mengucapkan selamat datang kepada seseorang yang dari kamulah saya ditegur Tuhan.” Pandangan ini menegaskan bahwa agama Islam secara mendasar mengajarkan untuk menghormati dan memuliakan individu dengan disabilitas.

Melalui dialog antara Ariek Dimas dan Ustadzah Lilik, terbentuklah gambaran tentang pentingnya membangun lingkungan Muslim yang inklusif dan ramah terhadap disabilitas. Dari segi agama, Islam memberikan landasan yang kuat untuk menghormati dan menyertakan individu dengan disabilitas dalam kehidupan masyarakat. Sikap Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang dan penghargaan terhadap mereka menjadi contoh yang patut diikuti.

Sementara itu, dari perspektif sosial, inklusi menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan. Setiap individu, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisiknya, memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dan berkembang dalam lingkungan sosial dan keagamaan.

Untuk mewujudkan lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap disabilitas, langkah-langkah konkret dapat diambil. Pertama, pendidikan dan kesadaran harus ditingkatkan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di lingkungan keagamaan. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang hak-hak individu dengan disabilitas dan nilai-nilai inklusi, stigma dan diskriminasi dapat diatasi.

Kedua, aksesibilitas fisik dan mental harus diperhatikan. Bangunan dan fasilitas umum harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan mudah oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Selain itu, layanan dukungan psikologis dan sosial juga perlu disediakan bagi individu dengan disabilitas dan keluarganya.

Ketiga, kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan lembaga agama sangatlah penting. Dengan bekerja sama, berbagai pihak dapat mengembangkan program-program inklusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Keempat, pendekatan yang holistik diperlukan. Memperhatikan kebutuhan individu dengan disabilitas secara menyeluruh, baik secara fisik, mental, maupun spiritual, akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan inklusif.

Dalam keseluruhan, membangun lingkungan Muslim yang inklusif dan ramah terhadap disabilitas bukanlah hanya tugas sebagian orang, melainkan tanggung jawab bersama. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama, kesadaran sosial, dan tindakan konkret, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, berempati, dan berkeadilan bagi semua individu, termasuk mereka yang memiliki disabilitas.

Artikel ini disadur dari video Ruang Tengah Cariustadz. Untuk menonton videonya silakan KlikĀ disini.